Keilahian Kristus Melalui Karya-Nya – Pdt. Dr. Stephen Tong

Makalah ini ditranskrip dari khotbah beliau pada acara Kebaktian Penyegaran Rohani 1997

        Yesus Kristus adalah wujud dari Allah yang tidak nampak, merupakan cahaya Ilahi yang tidak nampak. Allah adalah terang yang tidak bisa dilihat oleh mata manusia, namun terang itu bercahaya melalui kehidupan Kristus yang terlihat. Yesus sendiri memproklamirkan, barangsiapa melihat Aku, bukan melihat Aku, melainkan melihat Bapa yang mengutus Aku. Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah, tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada dipangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya. Kapankah Yesus Kristus menyatakan Bapa-Nya? Saat Dia inkarnasi: Allah menjadi manusia, manusia bisa menyaksikan Dia, kemuliaan Allah nampak di atas diri-Nya. Hari ini, di dalam persekutuan saya pribadi dengan Allah, saya khusus memperhatikan catatan Alkitab tentang hal memandang Yesus. Memang Alkitab banyak berbicara tentang hal memandang, tetapi yang Allah pertama-tama tuntut dari manusia adalah memandang Anak-Nya. Yesus Kristus, Domba yang disembelih itu. Pada saat Musa meninggikan ular tembaga, dia berharap, orang-orang yang telah digigit ular mau menengadah pada ular tembaga itu, agar mereka terhindar dari maut. Demikian juga dengan seluruh umat manusia yang sudah berdosa, mereka perlu menengadah, memandang pada Yesus, agar bisa terlepas dari maut dan dosa.

        Maka inti dari PL adalah mengajak kita memandang kepada Allah Anak, yang akan datang menjadi manusia. Sampai di awal PB, sebelum Yesus keluar memberitakan Injil, Roh Allah memenuhi Yohanes pembaptis. Maka pada saat Yohanes memberitakan Injil, dia mengintisarikan seluruh PL ke dalam satu statement: Lihatlah, Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Siapakah Kristus? Dia, yang diutus Allah. Kristus diutus untuk apa? Menjadi domba yang menggantikan dosa kita. Apa sebabnya? Karena Dia akan mati bagi dosa-dosa manusia. Apakah hasil yang ingin Dia capai? Menyelesaikan masalah dosa di seluruh dunia. Ketika Paul Tillich berbicara tentang Martin Luther, komentarnya, Martin Luther adalah seorang reduksionis yang agung di dalam sejarah Jerman. Karena Martin Luther membaca banyak buku, dan dia sanggup mengintisarikan hal-hal yang penting ke dalam beberapa statement saja. Saya pribadi mengira, Yohanes pembaptislah reduksionis yang sungguh-sungguh agung. Perkataan Yohanes pembaptis selalu begitu orisinil dan begitu kreatif. Dia meninggikan dua berita yang paling penting: “Bertobatlah kamu, karena Kerajaan Allah sudah dekat”, “Lihatlah Anak Domba Allah, yang mengangkut dosa dunia.” Kedua berita ini adalah fokus yang paling dalam dari kehendak Allah.

        Yohanes tidak mengajak orang untuk memandang dirinya, dia juga tidak menarik perhatian orang terhadap dirinya, tapi ia ingin memusatkan seluruh fokus pemandangan gereja hanya pada diri Yesus, yang telah menjadi Domba penghapus dosa manusia. Pada saat Yesus memanggil murid-murid-Nya, mereka bertanya, di manakah kami akan tinggal? Jawaban Yesus sederhana sekali: datang dan lihatlah! Pada saat murid-murid mengikut Yesus, yang mereka pikirkan adalah soal tempat tinggal, sama seperti hari ini, banyak orang mau menjadi penginjil, tapi yang mereka pikirkan adalah: di manakah kami akan tinggal? Apa yang akan kami makan? Berapa besar honor yang diberikan kepadaku? Yesus tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu, Dia hanya berkata, datang dan lihatlah! Seumur hidup saya mengikut Yesus Kristus, adalah untuk menyaksikan, Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang bagaimana. Waktu Filipus bertemu dengan Natanael, dia berkata, kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam Kitab Taurat dan para nabi. Sekarang datanglah sendiri dan saksikanlah Yesus Kristus! Pada waktu seseorang datang ke hadapan hadirat Tuhan, menyaksikan kemuliaan-Nya, maka segala ketidakpercayaan yang ada pada dirinya akan lenyap dengan sendirinya.

        Kerohanian kita dimulai dari pertemuan kita dengan Kristus, kerohanian kita bertumbuh adalah karena terus menerus menyaksikan kelimpahan Yesus Kristus. Setelah perempuan Samaria bertobat dan diselamatkan, dia kembali ke kotanya dan bersaksi: datang dan lihatlah! Apa yang dilihat? Dia, yang membongkar dosa-dosa yang kuperbuat dalam seumur hidupku. Saat Pilatus menghakimi Yesus Kristus, dia merasa heran, mengapa pemimpin-pemimpin agama membawa orang yang sebaik Dia kehadapanku untuk dihakimi? Dia tahu, dirinya tidak menemukan dosa yang telah Yesus lakukan. Sehingga tiga kali dia mengatakan, aku tidak menemukan kesalahan-Nya. Yesus tidak takut untuk dilihat, diselidiki olehmu. Tatkala kau sungguh-sungguh melihat Dia, kau akan tergerak dan membuka pintu hatimu. Maka Pilatus membawa-Nya kehadapan massa dan berkata, pandanglah orang ini! Hanya kehidupan Yesus Kristus saja, cukup membuat seumur hidup kita tidak habis-habisnya memandang Dia. Pandanglah orang ini! Di dalam bahasa latinnya adalah “ecce homobehold this man. Pada abad ke-19, David Friedrich Strauss (1808-1874), seorang teolog Jerman menulis riwayat hidup Yesus dengan judul “Pandanglah Orang Ini”. Bukan saja demikian, pada waktu Petrus tua, di dalam suratnya Petrus juga menuliskan, di atas gunung yang kudus, kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya. Apa yang tertulis di dalam 1Yohanes, yang kita baca pada hari ini? Apa yang telah ada sejak semula, yaitu Dia yang sejak semula bersama-sama dengan Allah, Firman Hidup yang sudah ada sejak kekal, pernah datang ke dunia ini. Selama hidup-Nya di dunia ini, kami mendengar tentang Dia, kami telah menyaksikan tentang Dia. Dengan telinga kami sendiri, kami mendengar sabda-Nya, dengan mata kami sendiri, kami menyaksikan Dia, dan dengan tangan kami sendiri, kami menjamah Dia. Kata-kata seperti itu, tidak terdapat di bagian lain di Alkitab. Apakah yang akan Yohanes ungkapkan? Yohanes ingin membagikan pengalamannya, Firman itu pernah secara real, hidup di tengah-tengah manusia. Tao yang diajarkan oleh Confusius, adalah sesuatu yang tidak bisa terpisah sedetikpun dengan manusia, hanya saja tidak bisa dipahami, juga tidak tahu di mana dia berada. Sampai menjelang ajalnya, Confusius tetap tidak tahu bagaimana memahami Tao ini, maka katanya, kalau pagi hari saya mendengar Tao, sore harinya matipun rela.

        Tao yang diajarkan Lao Tze adalah, saya tidak mengetahui dia, tapi Tao yang bisa diutarakan pastilah bukan Tao yang kekal dan nama yang boleh disebut pastilah bukan nama yang immortal. Sebab itu, saya tidak tahu namanya, hanya menyebutnya sebagai yang besar, yaitu Firman. Tetapi apakah Tao itu, Lao Tze sendiri tidak dapat menjelaskannya. Tatkala filsafat Barat dan kebudayaan Timur tidak bisa memahami apa itu Tao, Yohanes mengucapkan perkataan ini: sekarang aku menyampaikan tentang Dia, yang bersama-sama dengan Allah, yang telah ada sejak semula, yaitu Firman yang kekal itu kepadamu. Tao yang berada di dalam filsafat Timur maupun Barat, adalah ideologi yang direka oleh rasio manusia yang dicipta. Tetapi Tao yang dibahas di dalam Alkitab, adalah kebenaran yang menciptakan rasio, menjadi manusia yang berdarah daging, menyatakan diri kepada manusia. Ini adalah sumber dan cara yang sama sekali berbeda. Seumur hidup kita di dunia ini, kalau kita tidak merenungkan, tidak menyelidiki, tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri akan fakta sejarah: Firman yang menjadi manusia, maka hidup kita sia-sia adanya. Di sini juga mencakup mata kita sendiri menyaksikan Dia. Di dalam bahasa Inggrisnya, istilah yang dipakai untuk menyaksikan adalah gaze bukan see. Bukan hanya itu saja, bahkan kami pernah menjamah Dia dengan tangan kami sendiri. Apakah artinya? Tao bukanlah sesuatu nun juah di surga sana, tinggi dan sulit dimengerti. Tao yang diajarkan dalam kekristenan adalah kebenaran yang beserta kita, yang dekat, menjalin hubungan dengan kita, dan yang hidup ditengah-tengah kita. Biarlah di dalam seumur hidup kita ini, kita selalu merasa interest untuk merenungkan, mengenal Yesus, bahkan semakin memahami hubungan yang Dia jalin dengan kita.

        Di dalam sejarah, terdapat banyak orang yang amat sangat agung, tetapi Bernard Ramm, seorang teolog mengatakan, kalau semua orang-orang agung itu dijajarkan, bagaikan gunung adanya, namun Yesus, bagaikan gunung Everest, yang menjulang tinggi di langit, tidak terbandingkan. Menurut saya, perbandingannya tidak seperti itu, karena itu hanyalah perbandingan manusia. Perbandingan Kristus dengan semua orang agung adalah perbandingan antara Allah dan manusia, perbandingan secara kualitas bukan perbandingan secara kuantitas. Sebab itu, ketika Yesus hidup sebagai manusia, hidup-Nya mengandung substansi keilahian. Kalau demikian, apakah pernyataan sifat ilahi yang adalah di dalam hidup Yesus?

1. Kesucian-Nya

Sebelum Yesus lahir sebagai manusia, malaikat sudah menubuatkan, anak yang akan kau lahirkan ini, harus diberi nama yang Kudus, dari Allah; The Holy One of God. Yang kudus dari Allah, adalah istilah yang begitu kudus, begitu penting di dalam kitab nabi-nabi. Karena para nabi-nabi hanyalah penyambung lidah bagi Allah saja, mereka adalah orang-orang yang dikuduskan, padahal sebelumnya, mereka adalah orang-orang berdosa, tapi melalui penebusan Allah, mereka menjadi orang kudus. Sedangkan yang satu ini, Dia adalah yang kudus itu sendiri, yang menyatakan kekudusan Allah: The Holy One of God will come to you. Sebab itu, siapakah Yesus Kristus? Dia adalah dirinya kesucian itu sendiri. Waktu Dia lahir di dunia, dengan statusnya sebagai yang kudus dari Allah, Dia hidup di tengah-tengah dunia yang berdosa, di tengah-tengah masyarakat yang penuh dengan dosa. Dia adalah wakil dari Allah yang kudus, yang menyatakan diri secara konkrit di tengah-tengah manusia. Inilah tanda yang pertama dari keilahian Kristus di dalam hidup-Nya.

        Apakah perbedaannya dengan kita? Kita menuntut kekudusan. Mengapa kita menuntut kekudusan? Karena kita menemukan, untuk menjadi kudus itu sulit adanya, tapi kita merindukan kekudusan, kita berhadap menjadi kudus. Karena kita menyadari: diri kita tidak kudus, kita adalah manusia yang najis. Tetapi Alkitab memberitahukan kepada kita, bahwa Yesus Kristus adalah dirinya yang kudus itu. Hal ini sungguh nyata di dalam kehidupan-Nya. Ibrani 4, Dia sama seperti kita: kita mempunyai tubuh jasmani, Dia juga mempunyai tubuh jasmani. Ibrani 2, kita memiliki tubuh yang berdarah daging, Dia juga memiliki tubuh yang berdarah daging. Dalam Ibrani 4, Dia sama dengan kita, telah dicobai di dalam pelbagai hal, hanya saja tidak berbuat dosa. Statement apakah yang terpenting di dalam etika orang Tionghoa? Kita harus menuju kepada Summum Bonum; kebajikan yang terakhir dan yang tertinggi. Tetapi mungkinkah kita mencapainya? Confusius mengatakan, siapakah yang bisa tidak melalukan dosa? Kalau kita bisa memperbaiki kesalahan kita, maka tidak ada kebajikan yang lebih tinggi daripada pertobatan. Sebab itu, kebajikan yang tertinggi adalah pertobatan seseorang yang berdosa. Seseorang bertobat, berarti dia pernah berbuat dosa. Tetapi kehidupan Yesus Kristus adalah kehidupan yang sama sekali tidak berdosa, sebab itu, kekudusan hidup-Nya adalah pernyataan sifat ilahi di dalam diri-Nya. Apakah peringatan Yesus yang terberat tentang moral? Yohanes 9 “Siapakah di antaramu yang bisa membuktikan bahwa kau bersalah?” Tidak pernah ada seorang yang mempunyai kehidupan seperti itu. Mengapa Sidharta Gautama menikah? Orang tuanyalah yang mengatur pernikahan baginya, agar dia tidak terus menerus berdosa. Bagaimana dengan pendiri-pendiri agama yang lain? Dia, yang mengizinkan orang mengawini beberapa wanita, sendirinya mengawini belasan wanita, salah seorang di antaranya adalah wanita yang dia rebut dari anaknya. Di dalam sejarah manusia, tidak pernah ada seorangpun yang seperti Yesus Kristus. Dialah satu-satunya orang yang benar-benar suci.

        Mengapa saya percaya kepada Yesus? Saya adalah seorang yang amat tidak suka menjadi orang Kristen. Waktu saya berusia tujuh belas tahun, saya berharap kekristenan cepat-cepat punah. Orang yang paling saya benci adalah pendeta dan penginjil. Sampai hari ini, masih ada sebagian pendeta dan penginjil yang masih amat saya benci. Justru karena saya membenci pendeta dan penginjil, maka Tuhan menangkap saya menjadi pendeta, itulah yang disebut balasan. Saya tidak beranggapan, kalau kau adalah seorang pendeta, maka kau pasti adalah orang baik. Karena kita bukanlah percaya kepada pendeta, melainkan percaya Yesus. Hanya Yesus Kristuslah satu-satunya orang yang mutlak suci dan sempurna.

 

 

2. Keadilan dan Kebenaran-Nya

Yesus Kristus adalah satu-satunya yang adil dan yang benar. Apakah yang dimaksud dengan keadilan dan kebenaran (bahasa Inggris: righteousness, bahasa Yunani: Dikaiosune)? Diakaiosune mempunyai lima tingkatan. Yang akan kita bahas adalah “fairness“. Waktu Yesus Kristus menjadi manusia di dunia, Dia bisa menerima orang yang paling berdosa, tetapi Dia menolak dosa yang sekecil apapun. Dia tidak takut kepada mereka yang berkedudukan tinggi, tetapi Dia tidak menghina mereka yang paling rendah. Inilah pernyataan dari seorang yang sungguh-sungguh adil. Hari ini, banyak orang tidak melalui kehidupan seperti ini: kalau melihat orang yang mempunyai kedudukan berbuat salah, mereka tidak berani berbicara. Kalau melihat orang kaya berbuat salah, masih saja menjilat-jilat dia. Kalau melihat orang miskin berbuat kesalahan yang kecil, langsung dihardiknya. Tidak demikian dengan Tuhan kita. Kita orang yang najis, yang berpenyakit kusta datang kepada-Nya, Yesus Kristus menumpangkan tangan atas dirinya, mendekati dia. Karena kesucian-Nya adalah kesucian yang tidak bisa luntur, yang tidak akan lenyap hanya karena gangguan-gangguan yang ada. Kesucian yang bisa luntur adalah kesucian yang pasif, yang dimiliki oleh golongan orang-orang Farisi. Maka ketika orang yang berpenyakit kusta berjalan di jalanan, mereka tidak boleh tidak jujur, mereka harus terang-terangan berseru, najis, najis, aku adalah orang najis. Waktu orang-orang mendengar teriakan itu, banyak dari mereka yang menyingkir, karena takut tertular. Karena Taurat mengajarkan, tidak boleh mendekat pada orang yang najis. Karena ketika kita dekat dengannya, kita akan menjadi najis. Bukan demikian dengan kesucian Yesus Kristus, kesucian-Nya bukanlah kesucian yang bisa luntur, melainkan kesucian yang bisa mempengaruhi orang lain menjadi suci, kesucian yang aktif.

        Kesucian-Nya ditambah dengan keadilan dan kebenaran-Nya, maka Dia bisa menjadi harapan bagi orang berdosa. Dia bukan datang untuk menghakimi dosa manusia, melainkan menyelamatkan manusia lepas dari kuasa dosa. Yesus bukan datang untuk menghina orang-orang yang hina, malah Dia sendiri lahir di tempat yang paling hina, membiarkan orang menghina-Nya. Maka Dia adalah orang yang paling bisa memahami kepedihan hati orang-orang yang dihina dan diremehkan. Adakah orang yang seperti Yesus, lahir di palungan, meminjam kandang binatang, dan mati dengan meminjam kuburan orang lain? Tatkala Dia mendapati raja Herodes bersalah, kata-Nya: beritahukan kepada serigala itu. Waktu Dia bertemu dengan ahli Taurat yang mengenakan pakaian imam, yang kelihatan alim, kata-Nya, celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang munafik. Tatkala anak-anak kecil yang dianggap tidak tahu apa-apa disuruh pergi, kata-Nya, biarlah anak-anak itu datang kepada-Ku. Karena orang-orang seperti inilah yang berada di dalam kerajaan Allah. Akhir-akhir ini, terjadi kekacauan di beberapa tempat di Indonesia, suatu organisasi menulis surat petisi, mohon pemerintah memecat menteri agama. Pemerintah merasa sangat tidak senang akan kelakuan mereka. Tatkala organisasi ini melakukan sedikit aksi, banyak gereja dan sekolah teologia ketakutan setengah mati, sampai tidak mau ikut apapun. Ada orang bertanya, bagaimana pendapat saya? Saya balik bertanya, mengapa kamu tidak ikut? Katanya kita harus mempunyai hikmat. Saya beritahukan kepadamu, banyak orang yang merasa takut, menganggap dirinya lebih berhikmat daripada orang lain. Saya tidak bermaksud menyetujui tindakan kaum ekstrimis itu, karena saya percaya, di dalam situasi dan kondisi seperti ini, siapapun yang menjabat menteri agama, akan sama mengalami kesulitan. Pada saat orang Kristen perlu angkat bicara, dia harus berani, tetapi pada saat tidak perlu angkat bicara, dia harus tutup mulut. Salah satu keindahan dari kekristenan adalah: tegar dan berani. Pada saat diperlukan, Yesus Kristus maju dengan berani, sampai ditangkap, bahkan disalibkan sekalipun, Dia tidak melarikan diri. Pada waktu Dia akan ditangkap, kata-Nya kepada orang-orang yang menangkap-Nya, kalau Akulah orang yang akan kalian tangkap, biarkanlah orang-orang ini pergi. Dia tidak menginginkan seorangpun berbagian di dalam penderitaan-Nya itu. Pada waktu wanita yang berzinah ditangkap itu dibawa kehadapan-Nya, tanya-Nya, tidakkah mereka menghukummu? Aku juga tidak menghukum kamu. Yesus tidak mengatakan bahwa dia tidak berdosa, karena kata-Nya mulai hari ini, janganlah berbuat dosa lagi. Aku datang bukan untuk menghukum, melainkan untuk menyelamatkan manusia lepas daripada dosa. Lihatlah, betapa tidak fairnya orang-orang itu: yang melakukan zinah adalah dua orang, tetapi mereka melepaskan si pria dan menangkap si wanita yang lemah. Masyarakat berlaku begitu tidak adil, tapi mereka ingin menerapkan keadilan sesuai dengan Taurat, bukankah itu merupakan sesuatu yang sangat ironis? Yesus Kristus tidak mau berbagian di dalam hal meluruskan keadilan dengan ketidakadilan.

        Pada waktu Yesus Kristus menanggung dosa-dosa kita, Dia adalah yang kudus itu sendiri, waktu Dia harus menerima vonis yang paling tidak adil, Dia menanggungnya dengan segala kerelaan. Dengan status-Nya sebagai yang suci, Dia naik ke atas kayu salib, Dia tidak mengucapkan sepatah kata yang mempersalahkan manusia atau menggerutu kepada Allah, juga tidak mengucapkan sepatah kata yang mengutuki musuh-musuh-Nya. Alkitab mengatakan,  Dia tidak mengucapkan kata-kata yang mengecam. Orang mengutuki Dia, Dia mendoakan mereka. Orang menyalibkan Dia, Dia berdoa: “Bapa ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu, apa yang mereka perbuat“. Sungguh tidak pernah ada seorangpun yang seperti Yesus. Setelah kau sungguh-sungguh menyaksikan seluruh kehidupan Yesus, maka mau tidak mau kau harus memilih: membuang-Nya atau berlutut dan menyembah-Nya. Kau menganggap-Nya sebagai pendusta, atau kau menyembah Dia seraya berkata, Kau adalah Allah! Mulai hari ini, aku mau mengikut Engkau. C.S. Lewis, sastrawan Inggris, yang tadinya seorang ateis, kemudian bertobat menjadi orang Kristen, menulis sebuah buku, yang menjelaskan tentang Yesus, menuliskan satu kalimat, yang saya anggap sebagai kalimat yang sangat agung, sangat menantang, sangat memberikan inspirasi di dalam buku tersebut: If Jesus is not God, then Who is He? Belum pernah ada orang yang seperti Dia, suci tanpa berdosa, adil dan berani. Yesus adalah yang kudus dari Allah, yang adil dari Allah, sebab itu, saya percaya Yesus Kristus.

 

 

3. Kebajikan-Nya

Yesus adalah yang mutlak bajik. Tidak ada niat yang jahat di dalam pemikiran-Nya, tidak terdapat caci maki dan kutukan di dalam mulut-Nya, sikap-Nya tidak menghina, tidak menunjukan ketidaksabaran. Dalam hidup ini, kalau kita diberi kesempatan untuk berkumpul dengan orang-orang agung, adalah anugerah Tuhan yang besar sekali. Kalau seseorang terus menerus menemukan kebaikan orang lain, dia pasti sedang dan terus bertumbuh. Jangan membiasakan diri dalam memperhatikan kekurangan orang lain: bagaimanapun baiknya dia, sayang, dia masih mempunyai kekurangan. Bagaimanapun hebatnya dia, dia masih mempunyai kekurangan, kau tidak tahu, tapi aku tahu. Orang yang selalu melihat kekurangan orang lain, dirinya sendiri pasti mempunyai kekurangan yang besar. Kalau dengan sikap seperti ini kau memandang Yesus, kau pasti akan kecewa, karena kau pasti tidak akan menemukan sedikit cata cela, noda di atas diri-Nya. Dia adalah dirinya kebajikan yang mutlak.

        Immanuel Kant, filsuf Jerman berkata, manusia perlu terus menuntut akan kebajikan yang tertinggi. Kebudayaan, pendidikan, pengetahuan, masyarakat, harus mengutamakan moral, membina hati nurani, mempopulerkan pendidikan. Tapi menurut dia, orang genius tidak perlu dididik, sedangkan orang yang tidak berguna, dididik pun tidak ada gunanya, kita perlu mendidik mereka yang biasa-biasa saja, supaya mereka terus bertumbuh. Manusia harus terus maju. Orang bertanya, maju menuju ke mana? Jawabnya, menuju pada Summum Bonum; The highest goodness, yaitu kebajikan yang disebut-sebut Confensius. Kalau ada orang bertanya kepada Immanuel Kant, apa itu Summum Bonum? Dia hanya menjawab, orang Nazareth yang berada di dalam sejarah itu, sudah berada pada titik itu. Dia enggan mengucapkan nama Yesus, namun di dalam hatinya dia tahu satu hal, tidak pernah ada orang yang hidupnya sebajik Yesus. Yesus bukan hanya diri-Nya kesucian, diri-Nya keadilan dan kebenaran, Dia juga diri-Nya kebajikan.

        Tetapi mengapa pada waktu orang muda itu datang kepada Yesus dan berkata, Guru yang bajik, Yesus malah menyangkalinya? Saksi Yehova membengkokkan arti dari ayat itu. Mereka menggunakan Yesaya 9:5, untuk mengatakan bahwa Yesus adalah Allah yang perkasa bukan Allah yang Mahakuasa, jadi menurut mereka, Yesus adalah Allah kecil, Allah Bapalah Allah besar. Mereka juga menggunakan jawaban Yesus terhadap orang muda itu untuk menyangkal bahwa Yesus adalah yang bajik. Orang muda itu berlutut dan berkata, Guru yang bajik. Apa jawab Yesus? Apakah Dia menjawab, terima kasih, Aku tidak patut menerimanya. Tidak! Yesus tidak pernah mengatakan tidak patut menerima atau maaf, karena Dia adalah Allah, kata-kata seperti itu tidak perlu diucapkan dalam hidup-Nya. Orang muda itu berkata, Guru yang bajik. Bagaimana jawab Yesus? Apakah Dia mengatakan, Aku tidak bajik? Tidak! Yesus menanyakan mengapa kau menyebut aku bajik? Yesus tidak berkata, kau tidak boleh menyebut Aku yang bajik, Dia juga tidak mengatakan, Aku memang tidak bajik, tetapi tanya-Nya, mengapa kau menyebut Aku yang baik? Yang bajik hanya satu, yaitu Allah. Sebab itu, Saksi Yehova mengatakan, bukankah Yesus tidak mengakui diri-Nya adalah bajik? Cara penafsiran itu berbahaya sekali. Karena tidak menafsirkan ayat dengan prinsip total.

        Kalau kita menggunakan prinsip total, bagaimana kita menjelaskan ayat itu? Hanya Allahlah yang bajik. Sudahkah kau tahu bahwa Aku ini adalah Allah? Mengapa kita harus menjelaskan seperti itu? Karena waktu itu, soal Yesus adalah Allah, kecuali murid-murid sedikit mengetahui hal itu, orang lain belum mengetahui hal itu. Karena sebelum saat-Nya tiba, Yesus tidak menginginkan banyak orang tahu bahwa Dia adalah Anak Allah. Sampai saat-Nya tiba, murid-murid baru memproklamirkan keilahian-Nya dengan penuh kuasa. Tetapi sebelum saat-Nya tiba, perkara ini hanya dibukakan kepada para murid, tidak dibukakan kepada orang lain. Tapi karena orang itu menyebut Yesus sebagai Guru yang bajik, maka Yesus menanyakan, mengapa kau menyebut Aku sebagai seorang yang bajik? Sudahkah kau tahu, bahwa Aku adalah Allah? Jika ya, sekarang Aku akan mengujimu: kau berkata, sejak kecil kau sudah melakukan Taurat. Intisari Taurat adalah kasih. Mengasihi Allah dan mengasihi manusia adalah dua arah dari kasih. Jika kau sungguh-sungguh mengasihi Allah, dan kau tahu bahwa Aku adalah Allah, tanda dari seorang yang mengasihi Allah, dan tanda dari seorang yang mengasihi sesama adalah berkorban untuk menggenapkan orang lain. Sebab itu, dengan status sebagai Allah, Yesus memberikan dua ujian yang penting, Aku memerintahkan kau, laksanakan! Akhirnya dia gagal; tidak lulus. Juallah milikmu untuk menolong orang miskin, itu adalah tanda kau sungguh-sungguh mengasihi sesama. Sungguhkah dia bisa melaksanakannya? Dia gagal, tidak lulus. Jadi, orang muda itu adalah lulusan Taurat, bisa menghafal Taurat, tetapi di hadapan Yesus Kristus, dia adalah seorang penginjil yang gagal total. Dia lulus dalam pengetahuan, tetapi sama sekali tidak lulus dalam fakta pemahaman rohaninya. Kiranya Tuhan mengasihani kita. Perkataan Yesus tidak berarti Dia menyangkali diri-Nya adalah yang bajik, melainkan Dia ingin membimbing seluruh dunia mengetahui, bajik yang sesungguhnya adalah Allah, sebab itu, Yesus Kristus mempunyai sifat ilahi.

 

 

4. Kesejatian-Nya

Yesus Kristus adalah diri-Nya yang sejati. Dunia ini penuh dengan kepalsuan: banyak orang mengakui dirinya berkebudayaan, sebenarnya hanya memoles kelakukannya, supaya terlihat indah, akibatnya, orang yang semakin berkebudayaan, perkataan semakin muluk-muluk, namun yang dipikirkan di dalam hatinya justru semakin najis. Di Hong Kong, ada seorang yang sengaja bekerja di pabrik. Untuk apa? Dia ingin membentuk persekutuan buruh pabrik, memberitakan Injil kepada mereka. Jadi dia perlu mengetahui apa topik pembicaraan mereka, bagaimana kebiasaan hidup mereka? Maka setelah dia menyelesaikan studinya di Amerika, mempunyai title yang tinggi sekali, sebenarnya di abisa mendapat honor yang sangat tinggi, tetapi demi memberitakan Injil kepada para buruh, dia sengaja bekerja sebagai buruh di pabrik tenun, mendapatkan honor yang minim sekali. Setiap hari memperhatikan bagaimana hidup para buruh itu, mempersiapkan diri untuk menginjili mereka. Beberapa tahun kemudian, dia memahami dan mulai menginjili. Suatu hari, dia berkata kepada saya, orang-orang yang di kalangan atas, bahasanya sangat sopan, tapi hatinya berbisa sekali. Sedangkan para buruh, bahasanya kasar luar biasa, tapi hatinya bersih sekali. Kata-kata mereka kotor dan kasar tetapi hati mereka begitu bersih. Waktu mereka memaki orang, tidak memakai tedeng aling-aling, perkataan kotor macam apapun keluar dari mulutnya, bagaikan seorang ibu yang memaki anaknya: babi, anjing, tetapi sangat mengasihi anaknya. Waktu rekan mereka menghadapi kesulitan, sebagian dari honor mereka, akan mereka keluarkan untuk membantunya. Kalau tidak ada Allah yang mengubah karakter kita, kebudayaan dan pendidikan hanya bisa mengubahmu menjadi orang yang makin hari makin munafik.

        Orang yang paling munafik, mungkin adalah mereka yang berada di kalangan agama. Ketika Yesus di dunia, orang yang menerima teguran paling keras adalah pemimpin agama, celakalah kamu, hai kamu orang Farisi, ahli Taurat yang munafik! Di dalam syair Shakespeare terdapat kalimat: banyak dosa yang terselubung di balik jubah agama. Yang nampak dari luar adalah aktivitas keagamaan, tetapi di dalamnya tersimpan banyak dosa. Tidak heran, waktu Yesus di dunia, Dia paling tidak segan-segan menegur para pemimpin agama. Apa yang Yesus tegur? Kepalsuan! Sopan santun yang palsu, rendah hati yang palsu, kerohanian yang palsu, kasih yang palsu, pernikahan yang palsu, semua itu tidak berguna. Tuhan kita paling membenci hal-hal yang palsu. Apa sebabnya? Karena Dia adalah diri-Nya yang sejati. Istilah yang paling penting di dalam seluruh kebudayaan Ibrani adalah sejati. Orang Ibrani sungguh-sungguh telah menerima wahyu yang sejati dari PL, tetapi mereka menolak Yesus Kristus. Akibatnya, kebudayaan Ibrani yang paling mementingkan kesejatian, justru membentuk orang yang paling palsu. Kasihan bukan?

Dua perkataan keras yang Yesus sampaikan kepada orang Ibrani:

  1. Bapamu bukanlah Abraham, tetapi iblis.
  2. Aku memberitahukan kepadamu, tapi karena itulah kamu berniat membunuh Aku.

Kedua perkataan yang keras itu telah merobek kedok palsu orang Ibrani. Karena itu, Yesus hanya mempunyai satu jalan, naik ke atas kayu salib. Setelah Yesus dengan berani merobek kedok mereka, dan harus menghadapi kesulitan salib, apakah Dia melarikan diri? Tidak. Dengan berani Dia berjalan menuju Yerusalem, dengan berani Dia naik ke bukit Golgota, dengan berani Dia disalibkan. Ini merupakan pernyataan yang penting dari diri-Nya yang sejati itu.

        Jika kita mau jujur, dan mau sungguh-sungguh rendah hati, kita harus mengakui satu hal, kalau sampai hari ini, kita masih belum mau percaya kepada Yesus adalah sama sekali tidak beralasan. Kita tidak punya alasan apapun untuk tidak percaya kepada Yesus. Kalau sampai hari ini, kau masih belum percaya Yesus adalah karena sengaja menentang Tuhan, maka satu jalan yang tersedia, jalan kebinasaan, jalan yang kau pilih sendiri bagimu. Tidak ada orang yang seperti Yesus, Tuhan yang kudus, Tuhan yang adil dan benar, Tuhan yang bajik, Tuhan yang sejati, demi mengasihi kita, Dia datang ke dalam dunia, beserta dengan manusia. Lihatlah Anak Domba Allah, yang mengangkut dosa dunia, berkatalah kepada Tuhan, ya Tuhan Yesus, aku menerima Engkau, aku percaya kepada-Mu, Firman-Mu memberitahukanku, kehidupan-Mu memberitahuku, Kau adalah Allah.

Sumber: Majalah MOMENTUM No. 34 – September 1997

 

 

Pengutipan dari artikel ini harus mencantumkan:
Dikutip dari https://thisisreformedfaith.wordpress.com/